Selasa, 21 Februari 2017

Koleksi Foto KH M Syukron Djazilan

KH. Syukron Djazilan Badri

KH M Syukron Jazilan

KH. M. Syukron Djazilan Badri

KH. M. SYUKRON DJAZILAN BADRI MAG

KH Syukron Jazilan Surabaya

KH M Syukron Jazilan Surabaya

KH Syukron Djazilan Surabaya

KH. M. Syukron Djazilan Badri Surabaya

KH Syukron Djazilan Surabaya

KH M Syukron Djazilan Badri M.Ag Surabaya

KH Syukron Jazilan bersama Jamaah
KH M Syukron Djazilan Bin KH. Moh Badri Thoyib
KH. M. Syukron Djazilan Badri adalah Putra KH Moh Badri Thoyib, KH. Syukron Djazilan adalah Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur, Pengurus MUI Jatim, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Jihad Surabaya, Da'i Di TVRI TV9 Nusantara JTV dan Radio El Victor Surabaya, Pembimbing Umroh IBS Ikhwan Berkah Sejahtera Tour & Travel, Ketua KBIH Bryan Makkah Surabaya, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Sosok Muballigh ternama di Jatim ini di kenal para jamaah sebagai sosok yang tawadlu' murah senyum dan berwibawa, setiap orang bertamu ke kediaman beliau, beliau selalu tampil ramah kepada para tamunya, dzikir sholawat sholat malam merupakan amaliahnya sehari hari, sehari hari beliau keliling dari tempat ketempat lain, dari kantor ke kantor, dari daerah sampai luar jatim, beliau berdakwah.

alamat beliau di Jl Jemursari Utara IV No 10 A surabaya atau Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya

monggo yang pingin sowan kesana untuk silaturrohim atau hanya sekedar sharing, di persilahkan....

semoga Barokah Selamanya



Rabu 22 Februari 2017
Di Tulis Oleh :
Mohammad Hanyokrokusumo


Jumat, 29 Agustus 2014

Yuk Kita ngalap Berkah....!!!!



Ngalap berkah (tabarruk) adalah amalan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Banyak riwayat yang menunjukkan bagaimana sahabat bertabarruk dengan Nabi. Hampir semuanya sepakat bahwa tabarruk dengan Nabi diperbolehkan, namun masih ada yang bingung bagaimana tabarruk dengan orang sholeh selain Nabi. Riwayat dibawah ini akan menjelaskan bahwasanya bertabarruk dengan orang sholeh pun juga diajarkan oleh para ulama.

Habib Abu Bakar Bin Hasan Assegaf Pasuruan & Muh Ainul Mubarok
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Sahihnya Bab al-Libaas pernah bahwa Asma’ binti Abu Bakr pernah menunjukkan pada Abdulah, bekas budaknya jubah Rasulullah yang terbuat dari kain Persia dengan kain leher dari kain brokat, dan lengannya juga dibordir dengan kain brokat seraya berkata “Ini adalah jubah Rasulullah yang disimpan ‘Aisyah hingga wafatnya lalu aku menyimpannya. Nabi dulu biasa memakainya, dan kami mencucinya untuk orang yang sakit hingga mereka dapat sembuh karenanya.”
Imam Nawawi mengomentari hadits ini dalam Syarah Sahih Muslim:

وفي هذا الحديث دليل على استحباب التبرك بآثار الصالحين وثيابهم
“Hadits ini adalah bukti dianjurkannya mencari barokah lewat bekas dari orang-orang shaleh dan pakaian mereka”

Dalam kitab yang sama Imam Nawawi MENULIS SETIDAKNYA 11 KALI ANJURAN UNTUK MENCARI BERKAH DARI BEKAS ORANG YANG SHALEH. Ini adalah dalil akurat bahwa tabarruk tidak terbatas pada masa hidup Rasulullah dan dianjurkannya bertabarruk dengan orang-orang saleh.
Semoga manfaat & barokah....

BIODATA RASULULLAH SAW

Biodata Kanjeng Nabi MUHAMMAD SAW

GELAR:
1. Rasulullah,
2. An-Nabi,
3. Khatamul Anbiya wal Mursalin,
3. Al-Mustafa,
4. Al-Amin,
5. Shalallahu alaihi wa Sallam (Salawat dari Allah & salam atasnya)

KUN-YAH: Abal Qasim

NAMA: Muhammad Bin Abdulloh

NASAB:
(Jalur Ayah)
Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Luai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim

Nenek dari jalur ayah: fathimah binti amr al makhzumiyah

(Jalur Ibu)
Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab.

Nenek dari jalur ibu: Barroh binti abdil 'uzza

NISBAH: Al-Makki (mekah)

LAHIR:
Mekkah, 12 Rabiul Awwal 52 S.H (Tahun gajah) / 22 April 571 M)

DILANTIK MENJADI RASUL: saat berumur 40 tahun saat beribadah di gua hira

HIJRAH KE MADINAH : pada bulan rabiul awal saat berumur 53 tahun

MENJADI PANGLIMA PERANG SEBANYAK : 27 kali dan mengutus pasukan perang sebanyak ± 56 kali

HAJI : 1 kali

UMROH : 4 kali

WAFAT:
Madinah, senin 12 Rabiul Awwal 11 H/ (632 M) (genap 63 tahun).

DIMAKAMKAN:
Di Rumah Aisyah, di kompleks Masjid Nabawi

ETNIS:
Arab, suku Quraisy, bani Hasyimiyah

UMMAHATUL MU'MINIIN (Para Istri Nabi):
1. Khadijah binti Khuwailid,
2. Saudah binti Zum'ah,
3. Aisyah binti Abu Bakar,
4. Hafshah binti Umar,
5. Zaynab binti Khuzaymah,
6. Hindun binti Abi Umayyah,
7. Zaynab binti Jahsy,
8. Juwayriyah binti Harits,
9. Ramlah binti Abu Sufyan,
10.Shafiyah binti Huyay,
11.Maymunah binti al-Harits,

ANAK-ANAK NABI:
1. Al-Qasim,
2. Abdullah,
3. Zainab,
4. Ruqayyah,
5.Ummu Kultsum,
6. Fathimah, dan
7. Ibrahim

اللهم صل علے سيدنـا وحبيبنـا وشفيعنـا وقرة أعيننـا ومولانـا محمد وعلے آلـہ وصحبـہ وسلم...

Ajarkan ini pada putra putri kita..

Semoga manfaat, karena mengenal SANG pemberi SYAFA'AT... AMIIIN

Selasa, 25 Maret 2014

Mauidhoh Hasanah oleh Habib Novel bin Muhammad Alaydrus

Mubarak bersama Habib Noval Alaydrus
Al Imam Muhammad bin Anis bin alwi alhabsyi beliau pernah menjelaskan bahwa qasidah yang diciptakan  Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi yang menyatakan I’rifil Haq liahlil haq wasluk ma’ahum, “kenalilah hak orang-orang ahli hak dan berjalanlah kamu bersama mereka” yang dimaksud ahlul haq (diantaranya para auliya’ wa sholihin).

Yang disebut orang-orang  sholeh adalah orang yang dekat Allah subhanahu wata’ala, yang membaktikan hidup untuk ta’at pada Allah subhanahu wata’ala, menjauhi larangan Allah subhanahu wata’ala.

Orang-orang yang melihat apa yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia juga akan selalu melihat apakah didirinya sudah memiliki apa yang dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika belum ada maka dia akan berusaha untuk meletakkan sesuatu yang dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didalam dirinya, begitu juga ketika dilihat didirinya apa ada yang dibenci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka dia akan berusaha menghilangkan apa yang dibenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam dirinya, karena keinginannya untuk selalu dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Orang sholeh bukan hanya mereka yang mengenakan jubah, gamis, imamah, atau libasul Taqwa karena dalam sebuah hadist disebutkan berapa banyak orang yang memakai pakaian para nabi, tapi sayang amalan-amalan nya adalah amalan yang dimurkai oleh Allah Subehanahu Wa Ta’ala.

Pakaian ini memang sunnah dipakai orang muslim ,tapi pakaian ini tidak bisa menjadi ukuran kewalian seseorang, tidak bisa menjadi ukuran kesholehan seseorang, dan tidak bisa juga menjadi ukuran keilmuan seseorang, karena itu kita jangalan tertipu oleh orang-orang yang hanya sekedar berpenampilan orang sholeh, karena belum tentu dia itu wali disisi Allah subhanahu wata’ala, belum tentu org tersebut alim disisi Allah subhanahu wata’ala.

Seseorang yang alim disisi Allah subhanahu wata’ala sebagaimana disebutkan dalam wahyu Allah subhanahu wata’ala “INNAMA YAHSYALLOHA MIN ‘IBADIHIL ULAMA” “Sesungguhnya yang namanya ulama’ adalah orang-orang yang bisa takut kepada Allah subhanahu wata’ala, sesungguhnya yg takut kepada allah dari semua kalangan hambanya adalah para ulama

Oleh sebab itu ciri utama seorang ulama’ adalah punya rasa takut yg tinggi kepada Allah subhanahu wata’ala, takut pada pendengarannya, takut pada pandangannya, takut pada gerak langkahnya nya, takut terhadap apa yang dimakannya, dsb, semuanya dia takuti secara keseluruhan.

Berikut ini adalah para sosok ulama’ yang memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan diatas :
  1. Al Imam Ali Zainal Abidin r.a yang mana beliau adalah seseorang yang dalam satu hari selalu sholat sunnah 1000 rokaat, beliau berderma tanpa takut miskin, ibadah beliau sangatlah luar biasa, akan tetapi beliau selalu menangis kepada Allah subhanahu wata’ala agar diselamatkan dalam siksa api neraka, bahkan suatu ketika beliau sedang khusyu’ sholat, rumah beliau terbakar, semua orang-orang berbondong-bondong untuk mengingatkan beliau, tapi saat itu kobaran api terlalu besar, dan orang-orang menunggu sampai kobaran api sedikit berkurang, dan saat orang-orang masuk mereka melihat Al Imam Ali Zainal Abidin r.a  sedang khusyu’ sholat sehingga mereka tidak berani mengganggu, dan saat beliau selesai sholat beliau bertanya apa yang sedang terjadi, dan orang-orang berkata apakah engkau tidak menyadari bahwa rumahmu telah terbakar wahai cucu Nabi Muhammad,  maka Al Imam Ali Zainal Abidin r.a berkata “api neraka yang besar telah membuat aku tidak menyadari kobaran api yang kecil ini”.
  2. Imam syafii beliau dalam satu hari mengkhatamkan Al Qur’an satu kali dan saat bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur’an dua kali dalam satu hari.
  3. Imam Abu Hanifah setiap hari mengkhatamkan Al Qur’an dan bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan “sekian puluh tahun beliau sholat hanya dengan satu wudlu’’, ketika beliau  berjalan melewati sebuah pasar beliau mendengar orang berkata “itulah imam yang luar biasa, imam yang tidak pernah tidur, imam yang selalu beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala”, hal ini membuat Imam Abu Hanifah menangis pulang kemudian memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala tentang segala perasangka baik yang diucapkan oleh masyarakat, karena imam abu hanifah belum mampu seperti itu, karena beliau baru bisa bangun separuh malam, belum semalam penuh. Maka mulai saat itu beliau membuat dirinya tidak tidur setiap malam, beribadah setiap malam hingga puluhan tahun guna mewujudkan prasangka baik para orang muslim, hingga saat beliau meninggal beliau telah menghatamkan AlQur’an selama 7000 kali.
  4. Imam Ahmad Bin Hambal seorang yang menghafalkan lebih dari 1 juta hadist sehingga mendapat sebutan Imam Ahlusunnah Wal Jamaah, beliau yang seperti itu masih tawadlu’ kepada imam syafi’i, beliau menimba ilmu kepada imam syafi’i dan setiap hari selepas sholat beliau selalu mendo’akan imam syafi’i “Robbigh firly waliwalidayya wali Muhammad bin Idris AsSyafi’i”, beliau seorang ulama’ tapi tetap mendo’akan ulama’ yang lain, inilah yang namanya orang sholeh, inilah namannya orang yang dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
  5. Al Imam Abdullah bin Alwi Alhadad beliau adalah seorang habaib yang sejak usia 4 tahun kehilangan penglihatannya, tapi hal tersebut tidak menyurutkan keniatan beliau untuk dekat dengan Allahsubhanahu wata’ala, setiap hari diwaktu kecil beliau pulang dari sekolah kebiasaan beliau adalah sholat sunnah 100 sampai 200 roka’at, kebiasaan yang lain adalah beliau selalu berjalan-jalan dari masjid kemasjid untuk menjalankan sholat tahiyatul masjid 2 rokaat, selesai sholat dari masjid yang satu, beliau lanjut sholat kemasjid yang lainnya, dan itu beliau lakukan terus menerus sepanjang hari untuk mendapatkan barokah dari seluruh masjid dikota beliau, dan dikota tersebut ada kurang lebih 360 masjid.
Itulah beberapa contoh para Ahlu Haq, beberapa cerita ini bukan diceritakan sebagai penghias telinga, yang hanya didengar tapi tidak dicoba untuk sedikit saja ditiru, tapi cerita ini sebagai contoh agar kita belajar sedikit demi sedikit untuk meniru apa saja yang dilakukan oleh para Ahlu Haq.

Dan hal ini adalah perbedaan kita dengan orang-orang yang sholeh, maka dari itu kita jangan meremehkan orang-orang yang sholeh, jangan mengatakan beliau-beliau sama dengan kita karena beliau-beliau adalah orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala, beliau semua memang sama seperti makan dan minum seperti apa yang kita makan yang membedakan adalah sebelum makan beliau semua selalu meneliti makanan yang mereka makan sudah halal atau tidak, dan mereka makan hanya sekedar untuk menyambung nyawa sedangkan kita makan untuk memuaskan nafsu-nafsu kita.

Jika I’rifil Haq (Ahli Haq) sudah kita ketahui maka mengertilah akan kewajiban kita kepada beliau semua, mengertilah kedudukan-kedudukan beliau, jangan sampai kita tidak menghormati kepada para Ahlu Haq, Al habib husin bin Muhammad bin tohir alhadad bagaimana beliau adalah seorang yang sholeh beliau selalu mengikuti jejak kakaknya, dimanapun kakaknya berada Al Habib Husin bin Muhammad bin Tohir AlHadad menjadi pembantu untuk kakaknya, memuliakan kakaknya, membawakan sandal kakaknya, sampai orang-orang mengira Al Habib Husin bin Muhammad bin Tohir AlHadad adalah pembantu kakaknya, padahal beliau adalah adiknya, tidak hanya itu ketika dirumah beliau tidak pernah tidur diatas ranjang, tapi beliau selalu tidur diatasa lantai karena beliau tahu kedudukan, kewalian kakaknya disisi Allah subhanahu wata’ala, sehingga beliau tidak berani posisi tidur beliau lebih tinggi dari posisi tidur kakak beliau.

Inilah contoh orang yang mengenal haknya orang sholeh, haknya wali.

Sayyidina Abdullah bin Abbas suatu ketika beliau mendengar ceramah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah sahabat tersebut selesai ceramah, Sayyidina Abdullah bin Abbas langsung pergi ketempat parkir kendaraan sahabat tersebut, mencari kendaraannya, maka kemudian Sayyidina Abdullah bin Abbas mengambilkan dan menuntun kendaraan tersebut (dalam bentuk hewan) untuk sahabat, padahal  Sayyidina Abdullah bin Abbas adalah Habrul Ummah ulamanya sahabat, dan juga sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi apa yang beliau lakukan yaitu menempatkan diri beliau sebagai tukang penuntun kendaraan (kuda, onta, keledai), maka saat itu sang sahabat melihat akhlaq seorang sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian sang sahabat lari menuju Sayyidina Abdullah bin Abbas kemudian mengatakan “jangan ambilkan tunggangan saya, biar saya ambil sendiri, bukan seperti ini wahai sepupu Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, engkau orang yang mulia” akan tetapi Sayyidina Abdullah bin Abbas menjawab “beginilah yang diajarkan oleh Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, kami para ahlul bait Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk menghormati ulama’-ulama’ kami”, kemudian sang sahabat memegang tangan Sayyidina Abdullah bin Abbas untuk menciumnya tetapi Sayyidina Abdullah bin Abbas mengatakan tidak usah mencium tangan saya dan kemudian malah beliau yang mencium tangan sang sahabat dan mengatakan beginilah seharusnya apa yang dilakukan seorang umat islam untuk memuliakan ulama’, inilah ketawadlu’an para ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’ala dalam wahyunya mengatakan “siapa yang mengagungkan syiar Allah subhanahu wata’ala maka itu bukti ketakwaan hatinya”.

Al Imam Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi (Shohibul Maulid Simtuduror) beliau pernah diajak kakak beliau untuk naik dalam satu hewan tunggangan, dan Al Imam Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi sebagai seorang adik mengatakan kepada kakak beliau “Wahai kakak ku engkaulah yang duduk didepan dan saya yang dibelakang” karena beliau sebagai adik tidak ingin membelakangi kakaknya, akan tetapi kakak beliau mengatakan “Tidak wahai adikku, Engkaulah yang didepan dan aku yang dibelakang” karena sang kakak yang merupakan mufti mekkah, yang mewarisi kewalian ayahnya, menganggap maqam adiknya lebih tinggi dari pada dirinya, kemudian Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi menuruti permintaan kakaknya, akan tetapi dalam hati beliau menganggap dengan duduk didepan beliau adalah sebagai supir dan kakak ku adalah bosnya, Inilah akhlak, tahu kedudukan setiap orang, inilah yang menyebabkan orang-orang terdahulu cepat menjadi wali karena mereka mengetahui hak setiap orang,
Hal pertama yang diperintahkan dalam syair “I’rifil Haq liahlil haq” kita harus mengerti bagaimana menempatkan diri dihadapan orang-orang yang sholeh, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, jangan dianggap para wali yang sudah meninggal tidak bisa melihat kita, tapi bahkan beliau-beliau yang sudah meninggal seperti tiada batas dengan kita, cara pandang seperti ini yang harus kita tancapkan dalam hati, kemudian “wasluk ma’ahum” kemudian ikuti mereka berjalan bersama mereka menempuh jalan ketakwaan, dimanapun mereka menempuh jalan ikutilah dibelakangnya. Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan sejati (dikubur, dimahsyar, disyurga, memandang wajah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, dsb) semua tergantung bagaimana kita meneladani orang-orang sholeh tersebut.
Sungguh beruntung orang pernah melihat para wali Allah subhanahu wata’ala atau melihat orang-orang yang pernah melihat para wali Allah subhanahu wata’ala.

Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi ketika berusia 19 th, sebagaimana yang disebutkan dalam kalam beliau, ketika beliau ziarah kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam saat itu ada ledakan cahaya dari hujroh nabawi dan muncullah sosok Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam kemudian Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan kabar gembira kepada beliau dan Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi melihat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam.
dalam sebuah hadist Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan “Sungguh beruntung orang yang pernah melihat Aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) atau melihat seseorang yang pernah melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) “, Ahli dhohir menafsirkan seseorang yang pernah melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) adalah para shohabat dan tabi’in, akan tetapi para ahli sufi menafsirkan bahwa kata “melihat Aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam)” bukanlah melihat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam ketika masih dalam keadaan hidup saja, dan dalam hadist yang lain Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan “siapa yang bermimpi melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam), maka dia telah benar-benar melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) , karena syetan tidak bisa menjelma menjadi diriku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam)” dan dalam hadist yang lain Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam berkata “siapa yang melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) dalam mimpinya, maka pasti dia akan melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) secara nyata”, perbedaan pendapat para ulama’ membuat kata “melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) secara nyata” ditafsirkan menjadi 3 kelompok yaitu melihat secara nyata ketika nanti disyurga, melihat secara nyata ba’dal maut, dan terakhir pendapat yang dipegang para alawiyah pawa sufiyah yaitu melihat secara nyata adalah saat ini dalam kehidupan dunia, kubur, mahsyar dan syurga.

Inilah salah satu alasan diadakannya “Haul” yang membuat para ulama’ besar dari segala penjuru dunia menyempatkan diri untuk selalu hadir dalam kegiatan haul para wali-wali Allah subhanahu wata’ala, agar para masyarakat yang hadir diacara haul melihat wajah para ulama’-ulama’ besar karena beliau-beliau sudah pernah memandang wajah para auliya’, beliau para ulama’ besar tidak mengatakan untuk melihat wajah beliau, tapi dengan kehadiran beliau mata kita telah memandang wajah beliau-beliau sehingga ini bisa menjadi perantara karena para ulama’ besar sudah pernah memandang wajah para auliya’, sehingga sungguh beruntung bagi kita yang bisa memandang wajah-wajah beliau.

sebuah cerita nyata dalam kitab Roudoh Royahin, kumpul masyarakat untuk berdo’a karena dalam kondisi kekeringan, tapi do’a mereka tidak kunjung dikabulkan tiba-tiba datang satu orang biasa yang tidak kenal kesholihannya yang tidak dianggap juga oleh masyarakat, tapi kemudian dia berjalan dan berhenti menengadahkan kearah langit dan berkata “dengan berkah cinta-Mu Ya Allah kepadaku maka turunkanlah hujan”, orang yang mendengar do’a tersebut merasa keheranan dengan do’a tersebut tapi selesai do’a itu diucap hujan kemudian turun, maka saat itu orang tersebut ditanya oleh masyarakat kenapa kamu dengan percaya diri mengatakan Allah subhanahu wata’ala mencintaimu, dan dia menjawab bagaimana Allah subhanahu wata’ala tidak mencintaiku jika Allah subhanahu wata’ala sudah mengizinkan mataku memandang Abu Yazid Al-Busthomi. orang zaman dahulu selalu yakin sangat beruntung jika sudah memandang wajah para wali.

Dalam sohih bukhori diceritakan para tabi’in ketika akan perang selalu mencari adakah ditengah-tengah mereka orang yang pernah melihat para sahabat yang pernah melihat wajah Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, jika ada maka para tabi’in yakin bahwa mereka akan memenangkan perang tersebut berkah adanya mata yang pernah memandang wajah Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam.

Mata memiliki rahasia yang sangat besar, rahasianya adalah
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dilihat oleh seseorang secara keseluruhan, dan mata Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melihat Allah subhanahu wata’ala, apa yang sudah dilihat oleh bola mata Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam direkam oleh seluruh tubuh Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan ini adalah rahmat, dan jika ada seseorang yang dengan penuh iman melihat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam maka orang tersebut telah mendapatkan percikan rahasia bagaimana Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam melihat Allah subhanahu wata’ala dan jaminan bagi yang melihat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam adalah syurga, dan jika ada orang yang mengatakan bahwa ada sahabat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang masuk neraka maka orang tersebut adabnya sangat buruk kepada Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam. karena jika ada sahabat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang tidak mendapatkan syafaat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam bagaimana dengan kita.

Habib Ali Bin Husin Al Athos ketika ziarah ke makam sunan gunung jati bersama para jamaah, saat itu tidak semuanya bisa masuk kedalam makam, tapi kemudian beliau berkata sudah ziarahnya dari sini saja diluar saja dan beliau juga mengatakan “Demi Allah subhanahu wata’ala kalau nanti aku diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk masuk kedalam syurga, maka tidak akan kulangkahkan kakiku masuk dalam syurga sebelum aku cari kalian semua yang ikut bersamaku dan aku ajak masuk kedalam syurga”
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki mengatakan Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam diberi 10 keindahan tapi didunia ini hanya 1 keindahan yang ditampakkan yang 9 akan diperlihatkan nanti diakhirat (9 keindahan di hijab didunia), karena jika yang 9 ini juga dibuka didunia dan manusia bisa melihat ke 10 keindahan yang dimiliki oleh Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam maka jika manusia menyayat wajahnya dengan silet pun tidak akan terasa karena terbius dengan keindahan Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam
.
Wallohu’alam…….Semoga Manfaat barokah

Ijazah dari Habib Novel Alaydrus

Do’a Rasulullah S.A.W untuk menghentikan hujan “Allohumma hawalaina wa la ‘alaina”

Rabu, 19 Februari 2014

KH MUHAMMAD BAQIR ADELAN

Almaghfurlah KH Moh Baqir Adelan
Pesisir pantai utara (Pantura) Jawa Timur adalah kawasan yang membentang dari garis pantai Tuban yang berbatasan dengan Jawa Tengah hingga ke timur sampai di pantai Surabaya. Garis pantai selanjutnya, dari Surabaya ke selatan hingga ujung pantai Banyuwangi, biasanya disebut sebagai kawasan Tapal Kuda. Kedua kawasan ini sama-sama merupakan kawasan yang didiami oleh mayoritas masyarakat santri.

Sejak zaman-zaman awal kedatangan Islam ke pulau Jawa, di kawasan ini banyak sekali didirikan lembaga pendidikan pesantren. Penduduk hidup dalam suasana religius dan berjiwa bebas. Maka demikian pulalah suasana dan psikologi penduduk di Paciran, Lamongan Jawa Timur, tanah kelahiran KH. Muhammad baqir Adelan, pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Paciran, Lamongan.

Di sebuah desa yang terletak di pesisir Utara Jawa Timur, tepatnya di Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada tanggal 30 Agustus 1934 M. bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Ula 1354 H. lahirlah seorang bayi mungil yang diberinama Baqir, sebagai putera keenam dari duabelas bersaudara buah perkawinan KH. Adelan bin Abdul Qodir Kranji dengan Nyai Hj. Sofiyah binti KH. Musthofa.

Anak ini kemudian tumbuh dan menikmati masa kanak-kanaknya dengan dikaruniai kecerdasan yang melebihi teman-teman sepermainannya. Karena situasi dan psikologi masyarakat Pantura yang bebas dan berkemandirian, maka ia pun memiliki keberanian dan bakat-bakat wira usaha sejak kecil.

Memulai pendidikan pertamanya dengan ngangsu ilmu langsung dari Ibunda tercintanya, Hj. Nyai Shofiyah dan neneknya, Nyai Aminah Sholeh, lalu pada pamannya, KH. Abdul Karim dan kemudian memeperdalam bekal ilmu dasar dari Kakeknya KH. Musthofa Abdul Karim. Sejak usia tujuh tahun, Baqir kecil juga belajar di pendidikan formal, Madrasah Tarbiyatut Tholabah Kranji yang dipimpin oleh pamannya, KH. Abdul karim Musthofa selama empat tahun. Untuk kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Muallimin Desa Tunggul Paciran pada tahun 1940-1944 M. di bawah pimpinan ulama pejuang, KH. Muhammad Amin Musthofa.

Karena bekal pendidikannya yang seperti ini maka tak heran jika sejak usia empat belas tahun ia telah dipercayai oleh gurunya untuk ikut mengajar di pesantren dan turut berdakwah di masyarakat. Dari Madrasah Muallimin Tunggul paciran inilah, Muhammad Baqir mulai dipercaya untuk mencoba menularkan ilmunya kepada masyarakat.

Namun karena dirasa bekalnya belum mumpuni, maka ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang pada tahun 1952 M. yang saat itu diasuh oleh KH. Abdul Jalil.

Satu hal di antara kelebihannya ketika masih berstatus santri di Tambakberas ini adalah jiwa kewirausahaannya yang mulai tumbuh. Karena diterima di kelas lima (rata-rata siswa lain diterima di kelas empat), maka ia hanya membutuhkan waktu dua tahun untuk menamatkan tingkat Ibtidaiyah. Karena ingin mandiri, setelah menamatkan tingkat Ibtidaiyah, ia pun pindah dari asrama dan tinggal di Desa Bulak sembari tetap mengaji di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

Di Desa Bulak inilah ia memulai kemandiriannya dengan menjalani usaha kecil-kecilan berupa jual-beli hasil bumi penduduk di desa-desa sekitarnya. Hasil usahanya ini bahkan telah dapat digunakan untuk membantu orang tuanya membiayai pendidikan adik-adiknya. Setahun kemudian ia meneruskan pendidikannya dengan belajar kepada KH. Bisri Sansuri di Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar Jombang selama empat tahun kemudian. Selain mengaji Baqir yang telah menjadi seorang ustadz muda ini, juga turut dipercaya untuk membantu mengajar di pesantren Manbaul Ma’arif ini.

Mengembangkan Pesantren Keluarga

Karena Pesantren Tarbiyatut Thalabah yang diasuh keluarganya kemudian juga membutuhkan guru-guru baru, Baqir Adelan kemudian ke kampungnya sendiri. Sepeninggal KH. Musthofa (kakeknya), kepemimpinan pesantren diserahkan kepada menantunya, KH. Adelan Abdul Qodir (ayah Baqir) hingga sang ayah wafat pada tahun 1976 M. Dengan demikian, KH. Baqir Adelan inilah yang kemudian diserahi kepemimpinan Pesantren Tarbiyatut Tholabah.

Selanjutnya KH. Baqir Adelan mulai menumpahkan seluruh kehidupannya untuk mengabdi kepada masyarakatnya melalui jalur pendidikan keagamaan (pesantren). Namun hal ini bukan berarti membuatnya meninggalkan dunia yang telah dirintisnya dari awal, yakni dunia usaha. Toh, sebagai seorang pengasuh pesantren kemandirian pribadinya tetap terlihat, hal ini terbukti bahwa sebagai seorang pengasuh pesantren, KH. Baqir Adelan masih selalu menyempatkan diri untuk mencuci sendiri baju-bajunya. Kepeduliannya kepada kehidupan keseharian santri diwujudkan dalam didikannya untuk terjun langsung membangunkan para santri ketika subuh dan memantau satu persatu perkembangan para santrinya, serta secara rutin mengunjungi kantor-kantor lembaga yang dipimpinnya agar para santri tetap dapat mengikuti sekolah dengan baik.

Ia kemudian berusaha mengembangkan bisnisnya untuk menunjang pembiayan pesantren yang diasuhnya. Membentuk forum silaturrahim berbungkus arisan bagi masyarakat dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan antara pesantren dengan masyarakat. Kegiatan ini diikuti leh seluruh nelayan di wilayah pesisir utara Lamongan. Kesempatan ini, bagi KH. Baqir Adelan dapat berfungsi ganda, yakni sebgai media dakwah sekaligus mengembangkan jaringan bisnis di antara sasama nelayan dan warga pesantren.

Semakin bertambah usianya, semakin banyaklah pengalaman hidupnya, dan berkembang pula naluri bisnis yang telah diasahnya sejak kecil. Setelah pulang kembali ke Paciran, ia melebarkan sayap usahanya dengan membuka pelayanan pemesanan kitab-kitab bagi madrasah di lingkungan LP Ma’arif Kortan Paciran pada tahun 1958-1975 M.

Kelihaiannya berbisnis semakin tampak tatkala ia melakukan ekspansi dagang di bidang kayu jati. Pada mulanya memang hanya untuk menyediakan bahan baku bagi pembuatan bangku-bangku dan peralatan sekolah. Namun usaha ini kemudian terus berkembang hingga pada tahun 1975 berdirilah usaha meubeler bernama UD. Barokah Sejati yang bergerak di bidang penyediaan kayu jati sebagai bahan baku pembuatan perahu nelayan.

Beberapa tahun kemudian, selain sebagai ulama pengasuh pesantren, KH. Baqir Adelan juga terkenal sebagai pengusaha kayu. Terutama ketika kemudian, mertuanya, H. Mas’ud, memiliki ide kontroversial, yakni menginginkan agar KH. Baqir Adelan mengembangkan pembuatan jenis perahu baru bagi nelayan setempat. Sebuah model perahu nelayan semi modern sebagai produk baru usaha dagangnya. Sebuah perahu bermesin tempel dan bergardan untuk menarik pukat di bagian belakang.

Ide ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakatnya, karena selama ini para nelayan setempat hanya menggunakan perahu tradisional untuk mencarai nafkah. Masyarakat menganggap bahwa perahu model barunya hanyalah sebuah usaha yang sia-sia. Namun anggapan ini tidaklah membuatnya surut dan mengurungkan niat. Ia tetap teguh meneruskan usahanya, hingga akhirnya kegigihannya berbuah. Kini hampir semua nelayan di pesisir Lamongan menggunakan perahu jenis ini. UD. Barokah sejati yang dirintisnya pun semakin berkembang dan tentu saja sebagian labanya digunakan untuk mengembangkan Pesantren Tarbiyatut Tholabah asuhannya yang terus berkembang.

Konsep Bisnis KH Baqir Adelan

Dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya dari kecil hingga menjadi sebuah usaha besar di kawasannya ini, KH. Baqir Adelan memiliki beberapa prinsip yang terus dipegang dan dijalankannya sebagai sebuah idealisme usaha.

Pertama, realistis, yakni hanya mengerjakan pekerjaan sebatas kemampuan keuangan perusahanaan dan order yang diterima. Bila menerima pesanan yang tidak mampu dijalankan maka perusahaan akan menolak order ini.

Kedua, amanah dan konsisten, dengan memberlakukan harga tetap sesuai kesepakatan awal meskipun harga bahan baku ternyata naik di tengah-tengah pengerjaan order. UD. Barokah Sejati juga senantiasa menjaga kualitas barang produksinya, menjaga kualitas pekerjaan para karyawannya sehingga tidak mengecewakan pelanggan.

Ketiga, hati-hati, teliti dan berani, perjanjian-perjanjian kontrak jual beli disesuaikan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam hukum fikih. Karena pengalamannya yang matang, KH. Baqir Adelan adalah sorang yangsangat teliti dalam menaksir harga-harga bahan baku dan biaya pembuatan sebelum menaksir biaya pemesanan yang harus dibayarkan oleh klien/konsumen. Di sisi lain UD. Barokah Sejati tidak pernah minder untuk bersaing dalam memenangkan tender lelang berhadapan dengan badan usaha-badan usaha lain yang lebih besar.

Keempat, adil dan kooperatif, dengan menyelesaikan pesanan sesua waktu yang disepakati. Selalu mendahulukan pengerjaan order yang lebih dahulu disepakati meskipun ada lagi order yang lebih tinggi nilainya, dan bahkan jika meninggalkan deposit (uang muka) lebih besar dari yang terdahulu.

Selain mengasuh pesantren dan menjalankan usaha dagangnya, KH. Baqir Adelan juga aktif dalam berbagai kegiatan NU di wilayahnya. Tercatat Beliau adalah salah satu pelopor berdirinya NU di tengah semakin menguatnya hegemoni Masyumi di wilayah Paciran pada tahun 1965 M. Dipercayai sebagai ketua Kortan Ma’arif MWC NU kecamatan Paciran (1967-1975). Wakil Rois Suriah PCNU kabupaten lamongan (1982-1992). Rois Suriah PCNU Lamongan (1992-2002). Mustasyar PCNU Lamongan (2002-2005). A’wan Suriyah PWNU jawa Timur sejak 1993 dan Ketua Suriah PCNU lamongan (2005 hingga meninggal tujuh bulan sejak dilantik). Sementara di luar NU, KH. Baqir Adelan juga turut dipercaya sebagai Ketua MUI Lamongan, Penasehat Bazis Lamongan dan jabatan-jabatan kehormatan lainnya.

Spiritualitas dan Karya Tulis

KH Moh Baqir Adelan bersama GUSDUR
Dalam mengasuh pesantren dan menjalankan Bisnisnya, KH. Baqir Adelan tidak pernah meninggalkan sholat dhuha, kecuali ketika bepergian. Istiqomah menjadi imam di Masjid al-Ihsan atau berjamaah dengan keluarganya. Rutin membaca kitab Tafsir Jalalain selepas sholat ashar di hadapan para santri putra dan selepas sholat maghrib di hadapan santri putri dengan harapan dapat menghatamkan kitab ini setiap tiga tahun sekali. Sementara kedekatan spiritualnya dengan masyarakat ditandai dengan pembacaan kitab Ibanatul Ahkam (Syarh Bulughul Maram) dan kitab Majalisus Saniyah setiap malam selasa ba’dal Isya’ di masjid, serta dalam banyak kesempatan selalu berusaha mengayomi dan memberikan tausiyah kepada masyarakat.

Sebagai seorang pengasuh pesantren yang setiap hari berjumpa dengan para santri di meja belajar, KH. Muhammad baqir Adelan memiliki kepedulian yang sangat intens terhadap pelajaran-pelajaran apra santri. Terbukti, di tengah-tengah kesibukannnya mengembangkan bisnis, berorganisasi dan mengayomi masyarakat, beliau masih sempat membuahkan beberapa karya tulis, meskipun hanya digunakan di tingkat lokal. Di antara kitab-kitab karyanya adalah, Attaysiir Wattabyiin Limaqoosidi Alfoyyah ibni Malik yang dikerjakannya sejak tahun 158 M. kitab ini berisi penjelasan yang memudahkan para santri untuk memahami maksud nadhom-nadhom dalam Alfiyyah ibnu Malik.

Karya lainnya adalah kitab Sarah Asma’ul Husna, menguraikan makna yang terkandung dalam Asmaul Husna (99 Asma Allah) dengan menukil pendapat para ulama besar. Tashilul Mubtadi’ fi Ilminnahwil ’Imrithi yang ditujukan untuk mempermudah para santri mempelajari gramatika dasar bahsa Arab. Kitab Imrithi adalah kitab standar dasar pelajaran gramatika Arab di pesantren-pesantren Jawa. Serta kitab Khasyiyah Uqdatul farid fi ’Ilmil Faraidh, karya ini menunjukkan bahwa KH. Muhammad Baqir Adelan adalah sosok ulama yang mumpuni. Banyak ulama di Jawa yang meyakini bahwa ilmu faraidh (ilmu pembagian harta waris menurut syariat Islam) adalah ilmu langka yang hanya dikuasai secara mumpuni oleh ulama-ulama khusus saja. Ilmu faraidh adalah salah satu ilmu yang akan dicabut oleh Allah sejak awal sebelum kedatangan kiamat kubro.

Setelah mengarungi sedemikian banyak kisah perjalanan kehidupan, KH. Muhammad Baqir Adelan berpulang ke rahmatullah pada hari Senin tanggal 15 Mei 2006. semoga Allah menjadikan kemandirian dan kesabarannya sebagai inspirasai dan teladan bagi generasi penerusnya. Amin.

Sumber :
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,11844-lang,id-c,tokoh-t,Berwirausaha+untuk+Membiayai+Pesantren+-.phpx

AL HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI

Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi dilahirkan di desa Qosam (Hadramaut). Ayah kandungnya adalah seorang alim dan ulama besar yaitu Habib Muhammad bin Husein Alhabsyi lahir di Seiwun sedangkan ibunya adalah juga seorang alim dan pendakwah yang bernama Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri lahir di Syibam. 

Ada sebuah kisah menarik tentang ayah Habib Ali. Pada waktu itu ayah Habib Ali menyewa rumah seharga 100 qursyi setahun. Suatu hari pemilik rumah datang untuk meminta uang sewa rumah. Ayah Habib Ali kemuadian berkata kepada kakaknya Habib Ali : “Wahai Ahmad, naiklah keatas, ambil uang uang 100 qursyi di laci dan bawa kesini!”. Ahmad berkata dalam hati “setiap hari laci itu kubuka dan didalamnya tidak ada uang”. Ahmad lalu naik keatas. Setelah membuka laci dan tidak menemukan apa-apa, lalu ia kembali menemui ayahnya “Wahai ayah laci itu kosong, tidak kutemukan uang disana”. “Kau tidak melihatnya, Ayo ikut aku, akan kutunjukkan kepadamu” kata ayah Habib Ali. Setelah itu mereka berdua naik keatas dan membuka laci. Ternyata disana ada sebuah kantong berisi uang 100 Qursyi, “Berikanlah pemilik rumah itu uang ini agar ia tenang”. “Wahai ayah, kami telah tenang dari pemilik rumah, namun kita sama sekali tidak memiliki uang untuk membeli makanan”, kata Ahmad (kakak Habib Ali). “Wahai anakku. Dia yang memberi uang untuk membayar sewa rumah ini tentu akam memberi kita makan”, jawab ayah Habib Ali. Tak lama kemudian ada surat dari Sultan Gholib bin Muhammad beserta uang 100 Qursyi. Rupanya Sultan ini salah satu murid ayah Habib Ali, “Wahai anakku, perhatikanlah bagaimana Allah memudahkan rezeki kita” kata ayah Habib Ali (Habib Muhammad bin Husein Alhabsyi.

Nasab Habib Ali bersambung kepada Rasulullah SAW, melalui jalur Sayiidina Husein, lengkap yaitu Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Muhammad bin Husien bin Ahmad Shohibusy Sy’ib bin Muhammad Asghor bin Alwi bin Abubakar Al-Habsyi berlanjut terus sampai kepada Sayyidan Ali bin Abi thalib dan Sayyidatina Fatimah Az-Zahra. Penampilan Habib Ali, beliau berkulit sawo matang dilipitu cahaya. Perawakannya tinggi besar, kekar, berdada bidang, berperut kecil. Wajah bulat berisi, berdahi lebar, dan berjanggut pendek, camabnag beliau sedikit dan pendek.

Diantara guru-gurunya adalah kedua orangtuanya sendiri, Al-Allamah Sayid Umar bin Hasan Al-Hadad, Sayid Abdullah bin Husein bin Tohir, Sayid Abdullah bin Husein bin Muhammad, Syeikh Muhammad bin Ibrahim, Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur, Habib Ali bin Idrus bin Syihabudin, Imam Umar bin Abdurrahman bin Syahab, Habib Ahmad bin Muhammad Al-Mudhar (Imam para Saadah yang mulia), Habib Abubakar bin Abdullah Al-Athas dan banyak lagi lainnya. Diantara para gurunya tersebut Habib Abubakar bin Abdullah Al-Athas adalah guru yang paling berkesan bagi Habib Ali. Dalam kitab Tajul A’ros disebutkan Habib Abubakar bin Abdullah Al-Athas memelihara Habib Ali sejak dia masih berada di alam buthun (perut) hingga berada di alam zhuhur (dunia).

Ketika Habib Ali masih anak-anak terjadi kejadian aneh di Masjid Jami Qosam, pada waktu itu pakaian Habib Ali tertinggal di dalam masjid tersebut lalu Habib Ali bersama ibunya keluar untuk mengambil baju itu, sesampainya di Masjid, Habib Ali masuk sendiri ke dalam Masjid sedangkan ibunya menunggu di luar. Tetapi bajunya tidak ditemukan ditempatnya, tiba-tiba salah satu tiang masjid tersebut terbelah dan dari dalam tiang tersebut keluar seorang pemuda dengan jenggot tebal, berkulit putih berkata : “Wahai Ali, ambilah pakaianmu ini. Ketika melihatnya tertinggal, aku menyimpannya untukmu”. Kemudian Habib Ali segera mengambilnya. Pada usia 17 tahun pergi ke Mekah, dimana saat itu ayahnya berada di sana dalam rangka berdakwa, Habib Ali berada disana selama 2 tahun. Kemudian setelah itu beliau kembali ke Seiwun sebagai seorang alim dan ahli dalam pendidikan. Habib Ali pernah melakukan perjalanan ke Pulau Jawa selama 5 bulan pada tahun 1315 H atas perintah ayahnya.

Pada usia 37 tahun Habib Ali membangun Ribath (pondok pesantren) yang pertama di Hadramaut untuk para penuntut ilmu dari dalam dan luar kota. Ribath itu menyeruoai masjid dan terletak di sebelah timur halama Masjid Abdul Malik. Para orang yang tinggal dan menuntut ilmu di ribath tersebut biayanya beliau tanggung sendiri. Menurut Syeikh Salim bin Muhammad Syamaakh, seorang pencinta beliau, Habib Ali menanggung setiap hari selain para tamu adalah 150 orang; 50 orang di ribath, 50 orang di rumah dan 50 orang di Anisah. Adapun jumlah tamu setelah Isya adalah sekitar 15-20 orang. Selain itu Habib Ali juga membangun Masjid yang dinamakan Masjid Riyadh, pada waktu beliau berusia 44 tahun. Masjid berdampingan dengan dan bahkan menjadi satu dengan Ribath. Habib Ali berkata :”Dalam Masjid Riyadh terdapat cahaya, rahasia dan keberkahan Nabi Muhammad SAW. 


MAULID SIMTHUDDUROR
Ketika Habib Ali berusia 68 tahun, beliau menulis kitab Maulid yang diberi nama Simtud Duror. Disebutkan bahwa Maulid ini dibacakan pertama kali di rumah beliau kemudian dirumah muridnya Habib Umar bin Hamid. Sebelum itu, Habib Ali selalu membaca Maulid Al-Hafidz Ad-Diba’I (Maulid Ad-Diba’i). Berkata Habib Ali tentang kitab Maulidnya ini : “Jika seseorang menjadikan kitab Maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghapalnya, maka rahasia (sir) Al-Habib SAW akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab ini dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Nabi SAW. Pijianku kepada Nabi SAW dapat diterima oleh masyarakat. Ini karena besarnya cintaku kepada Nabi SAW, bahkan dalam surat-surat ku, ketika aku menyifatkan Nabi SAW, Allah membukakan kepada susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku. Dalam surat menyuratku ada beberapa sifat agung Nabi SAW, andaikan Nabhani membacanya, tentu ia akan memenuhi kitab-kitabnya dengan sifat-sifat agung itu”.

Munculnya Maulid Simtud Duror di zaman ini akan menyempurnakan kekurangan orang-orang yang hidup di zaman akhir. Sebab, pemberian Allah kepada orang-orang terdahulu yang tidak didapatkan oleh orang-orang zaman akhir tidaklah sedikit. Namun setelah maulid ini datang, ia menyempurnakan apa yang telah terlewatkan, dan Nabi SAW sangat menyukai maulid ini. Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi paman Habib Ali berkata “wahai anakku, perhatikanlah kumpulan orang ini. Pertemuan ini belum pernah dilakukan pada masa-masa dahulu. Dalam maulid ini, aku memiliki sebuah masyhad (pandangan/pemikiran). Dalam perang Tabuk, Nabi SAW dan para sahabat ra. tidak mempunyai cukup perbekalan. Beliau memerintahkan agar setiap orang membawa makanan apapun yang mereka miliki. Ada yang datang membawa sebutir kurma, ada yang membawa 2 butir kurma dan ada pula yang membawa segenggam gandum. Nabi SAW lalu mengumpulkan makanan tadi, lalu memberkatinya, kemudian beliau memerintahkan agar setiap sahabat mengambil sesukanya. Ada yang mengambil satu ember, ada yang mengambil satu karung penuh. Masing-masing sahabat akhirnya mendapatkan bekal yang banyak berkat do’a Nabi SAW. Begitu pula pertemuan Maulid ini. Setiap orang yang datang meap orang meliki sir. ada yang sedikit, ada yang banyak. Kemudian Nabi SAW memberkatinya, Seusai Maulid, setiap orang pulang membawa sir yang sangat banyak”.

Wafatnya Habib Ali
Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, penglihatan Habib Ali semakin kabur, dan dua tahun sebelum wafatnya, beliau kehilangan penglihatannya. Menjelang wafatnya, tanda yang pertama kali tampak adalah isthilam. Isthilam ini berlangsung selama 70 hari, hingga kesehatan beliau semakin buruk. Akhirnya, pada waktu Dhuhur, hari Minggu, 20 Rabiuts Tsani 1333 H, ruh beliau yang suci terbang menuju “Illiyyin. Dan pada waktu Ashar keesokkan harinya, jenasah beliau diantarkan ke kubur dalam suatu iring-iringan yang tidak ada awal dan akhirnya. Jenasah beliau dimakamkan di sebe.lah barat Masjid Riyadh. Habib Ali meninggalkan 5 orang anak, 4 putra dan 1 putri dari 2 orang wanita, yang pertama seorang wanita Qosam (bernama Abdullah) dan Syarifah Fatimah binti Muhammad Maulakhela (Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khadijah). Diantara anaknya itu ada yang menetap di Solo, Indonesia, yaitu Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (ayah dari Habib Anis bin Alwi AlHabsyi) Habib Ali mempunyai banyak murid, diantara adalah anak-anaknya sendiri, adkinya Habib Syeikh bin Muhammad, Sayid Abdullah bi Umar Asy-Syathri, Sayid Jakfar dan Abdul Qodir bin Abdurrahman Asseggaf, Sayid Muhammad bin Hadi bin Hasan Asseggaf, Sayid Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Asseggaf, Sayid Abdullah bin Alwi bin Zien AlHabsyi, sayid Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur, Sayid Umar bin Tohir Al-Haddad dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan.

(Sumber Sekilas Tentang Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, karya Habib Novel Muhammad Alaydrus, Penerbit Putera Riyadi)

Rabu, 25 Desember 2013

7 Wasiat Rasululloh SAW kepada Abu Dzar Al Ghifari R.A


Mbah Abu Dzar adalah salah satu sahabat yang disayangi Rasulullah SAW. Penegak yang Haq dari Suku Ghifar ini memiliki sifat pemberani yang sangat dipuji Rasulullah yang akhirnya mewasiatkan tujuh hal kepadanya. Rasulullah menitipkan ini bukan tanpa sebab. Beliau memahami karakter Abu Dzar yang taat dan teguh dalam mematuhi segala perintah Allah dan RasulNya. 

Melalui ribuan haditsnya, Nabi Muhammad SAW telah mengabadikan wasiat tentang nilai-nilai kebajikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya dan juga bagi seluruh manusia. Salah satunya adalah wasiat yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar al-Ghifari ra.


Dari Abu Dzar ra., ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal, (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahimku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan la haula wala quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia.” 
[Hadits ini diriwayatkan oleh imam-imam ahli hadits, di antaranya Imam Ahmad, Imam ath-Thabrani, Imam Ibnu Hibban, Imam Abu Nu’aim dan Imam al-Baihaqi]


1. Mencintai Orang Miskin

• Orang-orang miskin yang dimaksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya dan mereka tidak mau meminta-minta kepada manusia.
• Mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka yaitu dengan membantu dan menolong mereka, bukan sekedar dekat dengan mereka. Apa yang ada pada kita, kita bagi dan kita berikan kepada mereka karena kita akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam setiap urusan, dihilangkan kesusahan pada hari Kiamat dan memperoleh ganjaran yang besar.
• Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang bejihad fii sabilillah.” –Saya (perawi)   kira beliau bersabda– “Dan bagaikan orang yang shalat tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus.” (HR Bukhari dan Muslim)
• Rasul sudah mengetahui bahwa terdapat perbedaan jarak waktu antara orang-orang miskin dan orang-orang kaya dari kalangan kaum muslimin ketika memasuki surga. Orang-orang miskin akan setengah hari lebih cepat memasuki surga dibandingkan dengan orang-orang kaya. Kadar waktu setengah hari ini adalah lima ratus tahun, seperti yang tertuang dalam Al Qur'an  surat al-Hajj (22): 47.
•  Orang yang mau membantu sesama tidak akan bisa mlarat hidupnya, insya Allah akan menempuh kebahagiaan dunia sampai akhirat, amin....

2. Melihat pada Orang yang Lebih Rendah dalam Hal Materi dan Penghidupan

• Baginda Rasulullah SAW memerintahkan kita agar senantiasa melihat orang yang berada di bawah kita dalam masalah kehidupan dunia dan mata pencaharian. Tujuannya supaya kita tetap mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, alias ojo nggumedih.
• Disadari atau tidak, kita sering lupa untuk mengikuti perintah tersebut, padahal ini merupakan salah satu jebakan setan (strategi cerdas syetan) yang bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kerugian. Kadang kita suka silau melihat mereka yang hidupnya menurut kita jauh lebih enak, nyaman dan tentram sehingga kita meremehkan mereka dan lupa untuk menyukuri segala karunia Allah SWT yang sudah kita miliki. Astaghfirullah,,, 
• Tapi kalau berbicara urusan agama, ketaatan, pendekatan diri kepada Allah SWT, kita seharusnya melihat kepada orang yang berada di atas kita, yaitu para Nabi, para sahabat, para syuhada dan orang-orang shaleh. Supaya kita termotivasi untuk meneladani kesungguhan dan kegigihan mereka dalam meningkatkan kualitas ibadah terhadap Allah SWT bahkan berlomba-lomba untuk melakukannya, semoga kita bisa istiqomah....
• Mbah Abu Dzar ra adalah teladan kita dalam hal ini. Beliau mencari makan untuk hari yang sedang dijalaninya. Lalu untuk keesokan harinya beliau akan mencarinya lagi dan itu terus-menerus dilakukan dalam kehidupannya, beliau punya prinsip yang penting cukup untuk kebutuhan sehari hari, dan tidak mau berlebih-lebihan. sedikit tapi cukup dan akan membawa kehidupan yang lebih baik (ziyadatul khoir)....

3.Menyambung Tali Silaturrahim

• Karena kita merupakan makhluk yang tidak luput dari keterikatan manusia lainnya, jadi silaturrahim ini merupakan ibadah yang amat agung mulia lagi mudah dan memberikan banyak berkah bagi yang   melakukannya.
• Baginda Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu haditsnya, “Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, memberi orang makan, sambungkanlah silaturahim, salatlah ketika manusia sedang tidur, niscaya kamu akan   masuk surga dengan selamat.” (HR at-Tirmidzi)
• Perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi saat ini tidak bisa jadi alasan kita untuk menyambung tali silaturahim karena tanpa terhalang jarak dan waktu. 
• Keutamaan silaturrahim: salah satu tanda dan kewajiban iman, mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah SWT dan salah stau sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Silaturrahim juga salah satu jalan menuju hidup bahagia, orang yang sregep ber silaturrohim kerukunan pasti akan tetap kokoh, baik itu kerukunan sesama maupun di dalam rumah tangga (keluarga), Silaturrohim juga bisa menambah jalannya rizki dan memperpanjang umur.. amin

4.Memperbanyak Ucapan “La Haula Wa La Quwwata Illa Billah”

• Lafazh ini (“Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah”) untuk mengingatkan kita kalau sudah semestinya kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan semata-mata terjadi karena kehendak Allah SWT. TanpaNya, kita tidak akan pernah bisa mencapai segala apa yang kita rencanakan dan kita upayakan.
• Apapun peran dan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manusia, tidak selayaknya ia merasa sombong. Tidak seharusnya ia merasa bahwa apa yang berhasil diraihnya semata-mata adalah murni hasil kerja keras dan jerih payahnya. Karena semua itu ada masanya...
•  Allah SWT adalah Sutradara Kehidupan Yang Maha Agung, skenario, strategi yang di buat tidak ada yang bisa menandingi, semua adalah atas kuasaNya, kehendakNya, di bidang Apapun Allah tiada Tanding, termasuk Jodoh, Rejeki, dan Kematian (Subhanallah) tidak ada yang tau kecuali Allah SWT.  “La Haula Wa La Quwwata Illa Billah”



5.Berani Berkata Benar Meskipun Pahit

• Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada penguasa. Baginda Rasulullah SAW di salah satu haditsnya bersabda, “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq kepada penguasa yang zhalim.” (HR Ahmad)
• Cara menyampaikan kebenaran kepada atasan, pemimpin atau penguasa adalah dengan mengunjungi mereka dan memberi nasihat dengan cara yang baik, "embo iku diajak mangan bareng lah, atau di sowani lah,,,,(ngomong enak-enakan)... Jika tidak bisa, maka bisa dengan menulis surat atau melalui orang yang menjadi wakil mereka. Bila tidak bisa juga, maka tidak perlu juga mengadakan orasi, provokasi dan demonstrasi. Penyampaian masukan secara persuasif biasanya jauh lebih efektif dibandingkan menyampaikannya dengan cara berteriak-teriak di jalan, malah gak pantes, embel-embele Islam tapi akhlaknya "Astaghfirullah" tidak mencerminkan Akhlaknya Baginda Rosulullah SAW..  Kritik boleh tapi itu untuk kebaikan, pendidikan, tetap jaga adab dan akhlak..... Allohu Akbar...!!!

6. Tidak Takut Celaan Ketika Berdakwah di Jalan Allah SWT

• Baginda Rasulullah SAW dan Para Nabi sebelumnya juga pernah mendapat tantangan dan rintangan saat berdakwah. Seperti cibiran, gunjingan, hinaan, celaan sampai rintangan yang bersifat fisik dari mereka yang tidak berkenan melihat dakwah Islam berlangsung dengan baik dan lancar.
• Jadi beliau menjalaninya dengan dakwah secara rahasia kemudian dilanjutkan dengan dakwah secara terbuka.
• Orang-orang yang tidak takut dicela hanya karena mengutarakan suatu kebenaran dari ajaranNya merupakan orang yang dicintai olehNya. “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran   yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih Mengetahui orang-orang yang   mendapat petunjuk.” (an-Nahl [16]:25)

• Kalimate arek jaman saiki " Berakit rakit kehulu berenang kemudian", ada juga maqola : " Gedene derajat tergantung gedene ujian",,, sabar itu indah, ikhlas itu mujarab, istiqomah adalah karomah,, Shollu'Alannabi Sayyidina Muhammad.....


7.Tidak Meminta-Minta 

• Meminta-minta adalah sikap yang sama sekali tidak diajarkan Baginda Rasulullah SAW serta para nabi dan rasul sebelum beliau. Sejak belia, Nabi Muhammad SAW sudah bekerja sebagai penggembala dan beranjak dewasa bekerja sebagai pedagang.
• Meminta hanya dibolehkan untuk keperluan yang berkaitan dengan kepentingan umum, umat Islam, seperti untuk pembangunan sarana beribadah, pendidikan, bantuan untuk fakir miskin, anak-anak yatim, ataupun acara acara untuk syiar Agama Islam. Caranya juga tidak sembarangan, yaitu dengan mendatangi orang-orang yang memiliki kelebihan harta kekayaan dan membicarakannya dengan baik. Atau dengan mengumumkan di masjid dan cara lainnya sesuai   dengan apa yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Ust Sholmed & Mubarok
• Panutan kita, Baginda Rosulullah Muhammad SAW, sangat menghargai dan menyukai pekerjaan seseorang meskipun hanya menghasilkan upah yang sedikit daripada menengadahkan tangannya kepada orang lain. Bekerja meskipun hanya   pedagang asongan, buruh bangunan atau pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menurut pandangan masyarakat kita sebagai pekerjaan yang remeh, itu adlah kebaikan yang besar dibanding mengandalkan hidupnya dari meminta-minta kepada orang lain. sitik sing penting halal dan jerih payahnya sendiri itu lebih nikmat,,,

Semoga bermanfaat dan barokah... Amin
Wallahua'lam...