 |
Mubarak bersama Habib Noval Alaydrus |
Al Imam Muhammad bin Anis bin alwi alhabsyi beliau pernah menjelaskan bahwa qasidah yang diciptakan Al
Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi yang menyatakan I’rifil Haq
liahlil haq wasluk ma’ahum,
“kenalilah hak orang-orang ahli hak dan berjalanlah kamu bersama mereka” yang dimaksud ahlul haq (diantaranya para auliya’ wa sholihin).
Yang disebut orang-orang sholeh adalah orang yang dekat Allah
subhanahu wata’ala, yang membaktikan hidup untuk ta’at pada
Allah subhanahu wata’ala, menjauhi larangan Allah subhanahu wata’ala.
Orang-orang yang melihat apa yang dicintai oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia juga akan selalu melihat apakah
didirinya sudah memiliki apa yang dicintai Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, jika belum ada maka dia akan berusaha untuk meletakkan
sesuatu yang dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didalam
dirinya, begitu juga ketika dilihat didirinya apa ada yang dibenci
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka dia akan berusaha
menghilangkan apa yang dibenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam dirinya, karena keinginannya untuk selalu dekat dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Orang sholeh bukan hanya mereka yang mengenakan jubah, gamis, imamah,
atau libasul Taqwa karena dalam sebuah hadist disebutkan berapa banyak
orang yang memakai pakaian para nabi, tapi sayang amalan-amalan nya
adalah amalan yang dimurkai oleh Allah Subehanahu Wa Ta’ala.
Pakaian ini memang sunnah dipakai orang muslim ,tapi pakaian ini
tidak bisa menjadi ukuran kewalian seseorang, tidak bisa menjadi ukuran
kesholehan seseorang, dan tidak bisa juga menjadi ukuran keilmuan
seseorang, karena itu kita jangalan tertipu oleh orang-orang yang hanya
sekedar berpenampilan orang sholeh, karena belum tentu dia itu wali
disisi Allah subhanahu wata’ala, belum tentu org tersebut alim disisi
Allah subhanahu wata’ala.
Seseorang yang alim disisi Allah subhanahu wata’ala sebagaimana
disebutkan dalam wahyu Allah subhanahu wata’ala “INNAMA YAHSYALLOHA MIN
‘IBADIHIL ULAMA” “
Sesungguhnya yang namanya ulama’ adalah
orang-orang yang bisa takut kepada Allah subhanahu wata’ala,
sesungguhnya yg takut kepada allah dari semua kalangan hambanya adalah
para ulama”
Oleh sebab itu ciri utama seorang ulama’ adalah punya rasa takut yg
tinggi kepada Allah subhanahu wata’ala, takut pada pendengarannya, takut
pada pandangannya, takut pada gerak langkahnya nya, takut terhadap apa
yang dimakannya, dsb, semuanya dia takuti secara keseluruhan.
Berikut ini adalah para sosok ulama’ yang memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan diatas :
- Al Imam Ali Zainal Abidin r.a yang mana beliau adalah seseorang yang
dalam satu hari selalu sholat sunnah 1000 rokaat, beliau berderma tanpa
takut miskin, ibadah beliau sangatlah luar biasa, akan tetapi beliau
selalu menangis kepada Allah subhanahu wata’ala agar diselamatkan dalam
siksa api neraka, bahkan suatu ketika beliau sedang khusyu’ sholat,
rumah beliau terbakar, semua orang-orang berbondong-bondong untuk
mengingatkan beliau, tapi saat itu kobaran api terlalu besar, dan
orang-orang menunggu sampai kobaran api sedikit berkurang, dan saat
orang-orang masuk mereka melihat Al Imam Ali Zainal Abidin r.a sedang
khusyu’ sholat sehingga mereka tidak berani mengganggu, dan saat beliau
selesai sholat beliau bertanya apa yang sedang terjadi, dan orang-orang
berkata apakah engkau tidak menyadari bahwa rumahmu telah terbakar wahai
cucu Nabi Muhammad, maka Al Imam Ali Zainal Abidin r.a berkata “api neraka yang besar telah membuat aku tidak menyadari kobaran api yang kecil ini”.
- Imam syafii beliau dalam satu hari mengkhatamkan Al Qur’an satu kali
dan saat bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur’an dua kali dalam
satu hari.
- Imam Abu Hanifah setiap hari mengkhatamkan Al Qur’an dan bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan “sekian puluh tahun beliau sholat hanya dengan satu wudlu’’, ketika beliau berjalan melewati sebuah pasar beliau mendengar orang berkata “itulah imam yang luar biasa, imam yang tidak pernah tidur, imam yang selalu beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala”,
hal ini membuat Imam Abu Hanifah menangis pulang kemudian memohon ampun
kepada Allah subhanahu wata’ala tentang segala perasangka baik yang
diucapkan oleh masyarakat, karena imam abu hanifah belum mampu seperti
itu, karena beliau baru bisa bangun separuh malam, belum semalam penuh.
Maka mulai saat itu beliau membuat dirinya tidak tidur setiap malam,
beribadah setiap malam hingga puluhan tahun guna mewujudkan prasangka
baik para orang muslim, hingga saat beliau meninggal beliau telah
menghatamkan AlQur’an selama 7000 kali.
- Imam Ahmad Bin Hambal seorang yang menghafalkan lebih dari 1 juta
hadist sehingga mendapat sebutan Imam Ahlusunnah Wal Jamaah, beliau yang
seperti itu masih tawadlu’ kepada imam syafi’i, beliau menimba ilmu
kepada imam syafi’i dan setiap hari selepas sholat beliau selalu
mendo’akan imam syafi’i “Robbigh firly waliwalidayya wali Muhammad bin
Idris AsSyafi’i”, beliau seorang ulama’ tapi tetap mendo’akan ulama’
yang lain, inilah yang namanya orang sholeh, inilah namannya orang yang
dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
- Al Imam Abdullah bin Alwi Alhadad beliau adalah seorang habaib yang
sejak usia 4 tahun kehilangan penglihatannya, tapi hal tersebut tidak
menyurutkan keniatan beliau untuk dekat dengan Allahsubhanahu wata’ala,
setiap hari diwaktu kecil beliau pulang dari sekolah kebiasaan beliau
adalah sholat sunnah 100 sampai 200 roka’at, kebiasaan yang lain adalah
beliau selalu berjalan-jalan dari masjid kemasjid untuk menjalankan
sholat tahiyatul masjid 2 rokaat, selesai sholat dari masjid yang satu,
beliau lanjut sholat kemasjid yang lainnya, dan itu beliau lakukan terus
menerus sepanjang hari untuk mendapatkan barokah dari seluruh masjid
dikota beliau, dan dikota tersebut ada kurang lebih 360 masjid.
Itulah beberapa contoh para Ahlu Haq, beberapa cerita ini bukan
diceritakan sebagai penghias telinga, yang hanya didengar tapi tidak
dicoba untuk sedikit saja ditiru, tapi cerita ini sebagai contoh agar
kita belajar sedikit demi sedikit untuk meniru apa saja yang dilakukan
oleh para Ahlu Haq.
Dan hal ini adalah perbedaan kita dengan orang-orang yang sholeh,
maka dari itu kita jangan meremehkan orang-orang yang sholeh, jangan
mengatakan beliau-beliau sama dengan kita karena beliau-beliau adalah
orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala, beliau semua memang
sama seperti makan dan minum seperti apa yang kita makan yang membedakan
adalah sebelum makan beliau semua selalu meneliti makanan yang mereka
makan sudah halal atau tidak, dan mereka makan hanya sekedar untuk
menyambung nyawa sedangkan kita makan untuk memuaskan nafsu-nafsu kita.
Jika I’rifil Haq (Ahli Haq) sudah kita ketahui maka mengertilah akan
kewajiban kita kepada beliau semua, mengertilah kedudukan-kedudukan
beliau, jangan sampai kita tidak menghormati kepada para Ahlu Haq,
Al habib husin bin Muhammad bin tohir alhadad
bagaimana beliau adalah seorang yang sholeh beliau selalu mengikuti
jejak kakaknya, dimanapun kakaknya berada Al Habib Husin bin Muhammad
bin Tohir AlHadad menjadi pembantu untuk kakaknya, memuliakan kakaknya,
membawakan sandal kakaknya, sampai orang-orang mengira Al Habib Husin
bin Muhammad bin Tohir AlHadad adalah pembantu kakaknya, padahal beliau
adalah adiknya, tidak hanya itu ketika dirumah beliau tidak pernah tidur
diatas ranjang, tapi beliau selalu tidur diatasa lantai karena beliau
tahu kedudukan, kewalian kakaknya disisi Allah subhanahu wata’ala,
sehingga beliau tidak berani posisi tidur beliau lebih tinggi dari
posisi tidur kakak beliau.
Inilah contoh orang yang mengenal haknya orang sholeh, haknya wali.
Sayyidina Abdullah bin Abbas suatu ketika beliau
mendengar ceramah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, setelah sahabat tersebut selesai ceramah, Sayyidina Abdullah
bin Abbas langsung pergi ketempat parkir kendaraan sahabat tersebut,
mencari kendaraannya, maka kemudian Sayyidina Abdullah bin Abbas
mengambilkan dan menuntun kendaraan tersebut (dalam bentuk hewan) untuk
sahabat, padahal Sayyidina Abdullah bin Abbas adalah Habrul Ummah
ulamanya sahabat, dan juga sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, tapi apa yang beliau lakukan yaitu menempatkan diri beliau
sebagai tukang penuntun kendaraan (kuda, onta, keledai), maka saat itu
sang sahabat melihat akhlaq seorang sepupu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, kemudian sang sahabat lari menuju Sayyidina Abdullah
bin Abbas kemudian mengatakan
“jangan ambilkan tunggangan saya, biar
saya ambil sendiri, bukan seperti ini wahai sepupu Rosulullah
Shollallohu ‘alaihi wa sallam, engkau orang yang mulia” akan tetapi Sayyidina Abdullah bin Abbas menjawab
“beginilah
yang diajarkan oleh Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, kami para
ahlul bait Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk
menghormati ulama’-ulama’ kami”, kemudian sang sahabat memegang
tangan Sayyidina Abdullah bin Abbas untuk menciumnya tetapi Sayyidina
Abdullah bin Abbas mengatakan tidak usah mencium tangan saya dan
kemudian malah beliau yang mencium tangan sang sahabat dan mengatakan
beginilah seharusnya apa yang dilakukan seorang umat islam untuk
memuliakan ulama’, inilah ketawadlu’an para ahlul bait Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah subhanahu wata’ala dalam wahyunya mengatakan “siapa yang
mengagungkan syiar Allah subhanahu wata’ala maka itu bukti ketakwaan
hatinya”.
Al Imam Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi (Shohibul
Maulid Simtuduror) beliau pernah diajak kakak beliau untuk naik dalam
satu hewan tunggangan, dan Al Imam Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi
sebagai seorang adik mengatakan kepada kakak beliau
“Wahai kakak ku engkaulah yang duduk didepan dan saya yang dibelakang” karena beliau sebagai adik tidak ingin membelakangi kakaknya, akan tetapi kakak beliau mengatakan
“Tidak wahai adikku, Engkaulah yang didepan dan aku yang dibelakang”
karena sang kakak yang merupakan mufti mekkah, yang mewarisi kewalian
ayahnya, menganggap maqam adiknya lebih tinggi dari pada dirinya,
kemudian Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi menuruti permintaan
kakaknya, akan tetapi dalam hati beliau menganggap dengan duduk didepan
beliau adalah sebagai supir dan kakak ku adalah bosnya, Inilah akhlak,
tahu kedudukan setiap orang, inilah yang menyebabkan orang-orang
terdahulu cepat menjadi wali karena mereka mengetahui hak setiap orang,
Hal pertama yang diperintahkan dalam syair “I’rifil Haq liahlil haq”
kita harus mengerti bagaimana menempatkan diri dihadapan orang-orang
yang sholeh, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia,
jangan dianggap para wali yang sudah meninggal tidak bisa melihat kita,
tapi bahkan beliau-beliau yang sudah meninggal seperti tiada batas
dengan kita, cara pandang seperti ini yang harus kita tancapkan dalam
hati, kemudian “wasluk ma’ahum” kemudian ikuti mereka berjalan bersama
mereka menempuh jalan ketakwaan, dimanapun mereka menempuh jalan
ikutilah dibelakangnya. Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan sejati
(dikubur, dimahsyar, disyurga, memandang wajah Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi Wa Sallam, dsb) semua tergantung bagaimana kita meneladani
orang-orang sholeh tersebut.
Sungguh beruntung orang pernah melihat para wali Allah subhanahu
wata’ala atau melihat orang-orang yang pernah melihat para wali Allah
subhanahu wata’ala.
Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi ketika
berusia 19 th, sebagaimana yang disebutkan dalam kalam beliau, ketika
beliau ziarah kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam saat
itu ada ledakan cahaya dari hujroh nabawi dan muncullah sosok Nabi
Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam kemudian Nabi Muhammad
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan kabar gembira kepada beliau dan
Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi melihat Nabi Muhammad
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam.
dalam sebuah hadist Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan “
Sungguh
beruntung orang yang pernah melihat Aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi
Wa Sallam) atau melihat seseorang yang pernah melihat aku (Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) “, Ahli dhohir menafsirkan seseorang
yang pernah melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam)
adalah para shohabat dan tabi’in, akan tetapi para ahli sufi menafsirkan
bahwa kata “melihat Aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam)”
bukanlah melihat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam ketika masih
dalam keadaan hidup saja, dan dalam hadist yang lain Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan
“siapa yang bermimpi melihat
aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam), maka dia telah
benar-benar melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) ,
karena syetan tidak bisa menjelma menjadi diriku (Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi Wa Sallam)” dan dalam hadist yang lain Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam berkata “siapa yang melihatku (Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) dalam mimpinya, maka pasti dia akan
melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) secara nyata”,
perbedaan pendapat para ulama’ membuat kata “melihatku (Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) secara nyata” ditafsirkan menjadi 3
kelompok yaitu melihat secara nyata ketika nanti disyurga, melihat
secara nyata ba’dal maut, dan terakhir pendapat yang dipegang para
alawiyah pawa sufiyah yaitu melihat secara nyata adalah saat ini dalam
kehidupan dunia, kubur, mahsyar dan syurga.
Inilah salah satu alasan diadakannya “
Haul”
yang membuat para ulama’ besar dari segala penjuru dunia menyempatkan
diri untuk selalu hadir dalam kegiatan haul para wali-wali Allah
subhanahu wata’ala, agar para masyarakat yang hadir diacara haul melihat
wajah para ulama’-ulama’ besar karena beliau-beliau sudah pernah
memandang wajah para auliya’, beliau para ulama’ besar tidak mengatakan
untuk melihat wajah beliau, tapi dengan kehadiran beliau mata kita telah
memandang wajah beliau-beliau sehingga ini bisa menjadi perantara
karena para ulama’ besar sudah pernah memandang wajah para auliya’,
sehingga sungguh beruntung bagi kita yang bisa memandang wajah-wajah
beliau.
sebuah cerita nyata dalam kitab Roudoh Royahin, kumpul masyarakat
untuk berdo’a karena dalam kondisi kekeringan, tapi do’a mereka tidak
kunjung dikabulkan tiba-tiba datang satu orang biasa yang tidak kenal
kesholihannya yang tidak dianggap juga oleh masyarakat, tapi kemudian
dia berjalan dan berhenti menengadahkan kearah langit dan berkata
“dengan berkah cinta-Mu Ya Allah kepadaku maka turunkanlah hujan”,
orang yang mendengar do’a tersebut merasa keheranan dengan do’a
tersebut tapi selesai do’a itu diucap hujan kemudian turun, maka saat
itu orang tersebut ditanya oleh masyarakat kenapa kamu dengan percaya
diri mengatakan Allah subhanahu wata’ala mencintaimu, dan dia menjawab
bagaimana Allah subhanahu wata’ala tidak mencintaiku jika
Allah subhanahu wata’ala sudah mengizinkan mataku memandang Abu Yazid
Al-Busthomi. orang zaman dahulu selalu yakin sangat beruntung jika sudah
memandang wajah para wali.
Dalam sohih bukhori diceritakan para tabi’in ketika akan perang
selalu mencari adakah ditengah-tengah mereka orang yang pernah melihat
para sahabat yang pernah melihat wajah Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa
Sallam, jika ada maka para tabi’in yakin bahwa mereka akan memenangkan
perang tersebut berkah adanya mata yang pernah memandang wajah
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam.
Mata memiliki rahasia yang sangat besar, rahasianya adalah
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dilihat oleh seseorang secara
keseluruhan, dan mata Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah
melihat Allah subhanahu wata’ala, apa yang sudah dilihat oleh bola mata
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam direkam oleh seluruh tubuh
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan ini adalah rahmat, dan jika
ada seseorang yang dengan penuh iman melihat Rasulullah Sholallohu
‘Alaihi Wa Sallam maka orang tersebut telah mendapatkan percikan rahasia
bagaimana Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam melihat
Allah subhanahu wata’ala dan jaminan bagi yang melihat Rasulullah
Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam adalah syurga, dan jika ada orang yang
mengatakan bahwa ada sahabat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam
yang masuk neraka maka orang tersebut adabnya sangat buruk kepada
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam. karena jika ada sahabat
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang tidak mendapatkan syafaat
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam bagaimana dengan kita.
Habib Ali Bin Husin Al Athos ketika ziarah ke makam
sunan gunung jati bersama para jamaah, saat itu tidak semuanya bisa
masuk kedalam makam, tapi kemudian beliau berkata sudah ziarahnya dari
sini saja diluar saja dan beliau juga mengatakan “Demi Allah subhanahu
wata’ala kalau nanti aku diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala
untuk masuk kedalam syurga, maka tidak akan kulangkahkan kakiku masuk
dalam syurga sebelum aku cari kalian semua yang ikut bersamaku dan aku
ajak masuk kedalam syurga”
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki mengatakan Rasulullah
Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam diberi 10 keindahan tapi didunia ini hanya
1 keindahan yang ditampakkan yang 9 akan diperlihatkan nanti diakhirat
(9 keindahan di hijab didunia), karena jika yang 9 ini juga dibuka
didunia dan manusia bisa melihat ke 10 keindahan yang dimiliki oleh
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam maka jika manusia menyayat
wajahnya dengan silet pun tidak akan terasa karena terbius dengan
keindahan Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam
.
Wallohu’alam…….Semoga Manfaat barokah
Ijazah dari Habib Novel Alaydrus
Do’a Rasulullah S.A.W untuk menghentikan hujan “Allohumma hawalaina wa la ‘alaina”