Selasa, 25 Maret 2014

Mauidhoh Hasanah oleh Habib Novel bin Muhammad Alaydrus

Mubarak bersama Habib Noval Alaydrus
Al Imam Muhammad bin Anis bin alwi alhabsyi beliau pernah menjelaskan bahwa qasidah yang diciptakan  Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi yang menyatakan I’rifil Haq liahlil haq wasluk ma’ahum, “kenalilah hak orang-orang ahli hak dan berjalanlah kamu bersama mereka” yang dimaksud ahlul haq (diantaranya para auliya’ wa sholihin).

Yang disebut orang-orang  sholeh adalah orang yang dekat Allah subhanahu wata’ala, yang membaktikan hidup untuk ta’at pada Allah subhanahu wata’ala, menjauhi larangan Allah subhanahu wata’ala.

Orang-orang yang melihat apa yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia juga akan selalu melihat apakah didirinya sudah memiliki apa yang dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika belum ada maka dia akan berusaha untuk meletakkan sesuatu yang dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didalam dirinya, begitu juga ketika dilihat didirinya apa ada yang dibenci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka dia akan berusaha menghilangkan apa yang dibenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam dirinya, karena keinginannya untuk selalu dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Orang sholeh bukan hanya mereka yang mengenakan jubah, gamis, imamah, atau libasul Taqwa karena dalam sebuah hadist disebutkan berapa banyak orang yang memakai pakaian para nabi, tapi sayang amalan-amalan nya adalah amalan yang dimurkai oleh Allah Subehanahu Wa Ta’ala.

Pakaian ini memang sunnah dipakai orang muslim ,tapi pakaian ini tidak bisa menjadi ukuran kewalian seseorang, tidak bisa menjadi ukuran kesholehan seseorang, dan tidak bisa juga menjadi ukuran keilmuan seseorang, karena itu kita jangalan tertipu oleh orang-orang yang hanya sekedar berpenampilan orang sholeh, karena belum tentu dia itu wali disisi Allah subhanahu wata’ala, belum tentu org tersebut alim disisi Allah subhanahu wata’ala.

Seseorang yang alim disisi Allah subhanahu wata’ala sebagaimana disebutkan dalam wahyu Allah subhanahu wata’ala “INNAMA YAHSYALLOHA MIN ‘IBADIHIL ULAMA” “Sesungguhnya yang namanya ulama’ adalah orang-orang yang bisa takut kepada Allah subhanahu wata’ala, sesungguhnya yg takut kepada allah dari semua kalangan hambanya adalah para ulama

Oleh sebab itu ciri utama seorang ulama’ adalah punya rasa takut yg tinggi kepada Allah subhanahu wata’ala, takut pada pendengarannya, takut pada pandangannya, takut pada gerak langkahnya nya, takut terhadap apa yang dimakannya, dsb, semuanya dia takuti secara keseluruhan.

Berikut ini adalah para sosok ulama’ yang memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan diatas :
  1. Al Imam Ali Zainal Abidin r.a yang mana beliau adalah seseorang yang dalam satu hari selalu sholat sunnah 1000 rokaat, beliau berderma tanpa takut miskin, ibadah beliau sangatlah luar biasa, akan tetapi beliau selalu menangis kepada Allah subhanahu wata’ala agar diselamatkan dalam siksa api neraka, bahkan suatu ketika beliau sedang khusyu’ sholat, rumah beliau terbakar, semua orang-orang berbondong-bondong untuk mengingatkan beliau, tapi saat itu kobaran api terlalu besar, dan orang-orang menunggu sampai kobaran api sedikit berkurang, dan saat orang-orang masuk mereka melihat Al Imam Ali Zainal Abidin r.a  sedang khusyu’ sholat sehingga mereka tidak berani mengganggu, dan saat beliau selesai sholat beliau bertanya apa yang sedang terjadi, dan orang-orang berkata apakah engkau tidak menyadari bahwa rumahmu telah terbakar wahai cucu Nabi Muhammad,  maka Al Imam Ali Zainal Abidin r.a berkata “api neraka yang besar telah membuat aku tidak menyadari kobaran api yang kecil ini”.
  2. Imam syafii beliau dalam satu hari mengkhatamkan Al Qur’an satu kali dan saat bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur’an dua kali dalam satu hari.
  3. Imam Abu Hanifah setiap hari mengkhatamkan Al Qur’an dan bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan “sekian puluh tahun beliau sholat hanya dengan satu wudlu’’, ketika beliau  berjalan melewati sebuah pasar beliau mendengar orang berkata “itulah imam yang luar biasa, imam yang tidak pernah tidur, imam yang selalu beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala”, hal ini membuat Imam Abu Hanifah menangis pulang kemudian memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala tentang segala perasangka baik yang diucapkan oleh masyarakat, karena imam abu hanifah belum mampu seperti itu, karena beliau baru bisa bangun separuh malam, belum semalam penuh. Maka mulai saat itu beliau membuat dirinya tidak tidur setiap malam, beribadah setiap malam hingga puluhan tahun guna mewujudkan prasangka baik para orang muslim, hingga saat beliau meninggal beliau telah menghatamkan AlQur’an selama 7000 kali.
  4. Imam Ahmad Bin Hambal seorang yang menghafalkan lebih dari 1 juta hadist sehingga mendapat sebutan Imam Ahlusunnah Wal Jamaah, beliau yang seperti itu masih tawadlu’ kepada imam syafi’i, beliau menimba ilmu kepada imam syafi’i dan setiap hari selepas sholat beliau selalu mendo’akan imam syafi’i “Robbigh firly waliwalidayya wali Muhammad bin Idris AsSyafi’i”, beliau seorang ulama’ tapi tetap mendo’akan ulama’ yang lain, inilah yang namanya orang sholeh, inilah namannya orang yang dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
  5. Al Imam Abdullah bin Alwi Alhadad beliau adalah seorang habaib yang sejak usia 4 tahun kehilangan penglihatannya, tapi hal tersebut tidak menyurutkan keniatan beliau untuk dekat dengan Allahsubhanahu wata’ala, setiap hari diwaktu kecil beliau pulang dari sekolah kebiasaan beliau adalah sholat sunnah 100 sampai 200 roka’at, kebiasaan yang lain adalah beliau selalu berjalan-jalan dari masjid kemasjid untuk menjalankan sholat tahiyatul masjid 2 rokaat, selesai sholat dari masjid yang satu, beliau lanjut sholat kemasjid yang lainnya, dan itu beliau lakukan terus menerus sepanjang hari untuk mendapatkan barokah dari seluruh masjid dikota beliau, dan dikota tersebut ada kurang lebih 360 masjid.
Itulah beberapa contoh para Ahlu Haq, beberapa cerita ini bukan diceritakan sebagai penghias telinga, yang hanya didengar tapi tidak dicoba untuk sedikit saja ditiru, tapi cerita ini sebagai contoh agar kita belajar sedikit demi sedikit untuk meniru apa saja yang dilakukan oleh para Ahlu Haq.

Dan hal ini adalah perbedaan kita dengan orang-orang yang sholeh, maka dari itu kita jangan meremehkan orang-orang yang sholeh, jangan mengatakan beliau-beliau sama dengan kita karena beliau-beliau adalah orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala, beliau semua memang sama seperti makan dan minum seperti apa yang kita makan yang membedakan adalah sebelum makan beliau semua selalu meneliti makanan yang mereka makan sudah halal atau tidak, dan mereka makan hanya sekedar untuk menyambung nyawa sedangkan kita makan untuk memuaskan nafsu-nafsu kita.

Jika I’rifil Haq (Ahli Haq) sudah kita ketahui maka mengertilah akan kewajiban kita kepada beliau semua, mengertilah kedudukan-kedudukan beliau, jangan sampai kita tidak menghormati kepada para Ahlu Haq, Al habib husin bin Muhammad bin tohir alhadad bagaimana beliau adalah seorang yang sholeh beliau selalu mengikuti jejak kakaknya, dimanapun kakaknya berada Al Habib Husin bin Muhammad bin Tohir AlHadad menjadi pembantu untuk kakaknya, memuliakan kakaknya, membawakan sandal kakaknya, sampai orang-orang mengira Al Habib Husin bin Muhammad bin Tohir AlHadad adalah pembantu kakaknya, padahal beliau adalah adiknya, tidak hanya itu ketika dirumah beliau tidak pernah tidur diatas ranjang, tapi beliau selalu tidur diatasa lantai karena beliau tahu kedudukan, kewalian kakaknya disisi Allah subhanahu wata’ala, sehingga beliau tidak berani posisi tidur beliau lebih tinggi dari posisi tidur kakak beliau.

Inilah contoh orang yang mengenal haknya orang sholeh, haknya wali.

Sayyidina Abdullah bin Abbas suatu ketika beliau mendengar ceramah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setelah sahabat tersebut selesai ceramah, Sayyidina Abdullah bin Abbas langsung pergi ketempat parkir kendaraan sahabat tersebut, mencari kendaraannya, maka kemudian Sayyidina Abdullah bin Abbas mengambilkan dan menuntun kendaraan tersebut (dalam bentuk hewan) untuk sahabat, padahal  Sayyidina Abdullah bin Abbas adalah Habrul Ummah ulamanya sahabat, dan juga sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi apa yang beliau lakukan yaitu menempatkan diri beliau sebagai tukang penuntun kendaraan (kuda, onta, keledai), maka saat itu sang sahabat melihat akhlaq seorang sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian sang sahabat lari menuju Sayyidina Abdullah bin Abbas kemudian mengatakan “jangan ambilkan tunggangan saya, biar saya ambil sendiri, bukan seperti ini wahai sepupu Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, engkau orang yang mulia” akan tetapi Sayyidina Abdullah bin Abbas menjawab “beginilah yang diajarkan oleh Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, kami para ahlul bait Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk menghormati ulama’-ulama’ kami”, kemudian sang sahabat memegang tangan Sayyidina Abdullah bin Abbas untuk menciumnya tetapi Sayyidina Abdullah bin Abbas mengatakan tidak usah mencium tangan saya dan kemudian malah beliau yang mencium tangan sang sahabat dan mengatakan beginilah seharusnya apa yang dilakukan seorang umat islam untuk memuliakan ulama’, inilah ketawadlu’an para ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’ala dalam wahyunya mengatakan “siapa yang mengagungkan syiar Allah subhanahu wata’ala maka itu bukti ketakwaan hatinya”.

Al Imam Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi (Shohibul Maulid Simtuduror) beliau pernah diajak kakak beliau untuk naik dalam satu hewan tunggangan, dan Al Imam Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi sebagai seorang adik mengatakan kepada kakak beliau “Wahai kakak ku engkaulah yang duduk didepan dan saya yang dibelakang” karena beliau sebagai adik tidak ingin membelakangi kakaknya, akan tetapi kakak beliau mengatakan “Tidak wahai adikku, Engkaulah yang didepan dan aku yang dibelakang” karena sang kakak yang merupakan mufti mekkah, yang mewarisi kewalian ayahnya, menganggap maqam adiknya lebih tinggi dari pada dirinya, kemudian Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi menuruti permintaan kakaknya, akan tetapi dalam hati beliau menganggap dengan duduk didepan beliau adalah sebagai supir dan kakak ku adalah bosnya, Inilah akhlak, tahu kedudukan setiap orang, inilah yang menyebabkan orang-orang terdahulu cepat menjadi wali karena mereka mengetahui hak setiap orang,
Hal pertama yang diperintahkan dalam syair “I’rifil Haq liahlil haq” kita harus mengerti bagaimana menempatkan diri dihadapan orang-orang yang sholeh, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, jangan dianggap para wali yang sudah meninggal tidak bisa melihat kita, tapi bahkan beliau-beliau yang sudah meninggal seperti tiada batas dengan kita, cara pandang seperti ini yang harus kita tancapkan dalam hati, kemudian “wasluk ma’ahum” kemudian ikuti mereka berjalan bersama mereka menempuh jalan ketakwaan, dimanapun mereka menempuh jalan ikutilah dibelakangnya. Untuk bisa mendapatkan kebahagiaan sejati (dikubur, dimahsyar, disyurga, memandang wajah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, dsb) semua tergantung bagaimana kita meneladani orang-orang sholeh tersebut.
Sungguh beruntung orang pernah melihat para wali Allah subhanahu wata’ala atau melihat orang-orang yang pernah melihat para wali Allah subhanahu wata’ala.

Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi ketika berusia 19 th, sebagaimana yang disebutkan dalam kalam beliau, ketika beliau ziarah kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam saat itu ada ledakan cahaya dari hujroh nabawi dan muncullah sosok Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam kemudian Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan kabar gembira kepada beliau dan Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi melihat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam.
dalam sebuah hadist Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan “Sungguh beruntung orang yang pernah melihat Aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) atau melihat seseorang yang pernah melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) “, Ahli dhohir menafsirkan seseorang yang pernah melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) adalah para shohabat dan tabi’in, akan tetapi para ahli sufi menafsirkan bahwa kata “melihat Aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam)” bukanlah melihat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam ketika masih dalam keadaan hidup saja, dan dalam hadist yang lain Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengatakan “siapa yang bermimpi melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam), maka dia telah benar-benar melihat aku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) , karena syetan tidak bisa menjelma menjadi diriku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam)” dan dalam hadist yang lain Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam berkata “siapa yang melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) dalam mimpinya, maka pasti dia akan melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) secara nyata”, perbedaan pendapat para ulama’ membuat kata “melihatku (Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam) secara nyata” ditafsirkan menjadi 3 kelompok yaitu melihat secara nyata ketika nanti disyurga, melihat secara nyata ba’dal maut, dan terakhir pendapat yang dipegang para alawiyah pawa sufiyah yaitu melihat secara nyata adalah saat ini dalam kehidupan dunia, kubur, mahsyar dan syurga.

Inilah salah satu alasan diadakannya “Haul” yang membuat para ulama’ besar dari segala penjuru dunia menyempatkan diri untuk selalu hadir dalam kegiatan haul para wali-wali Allah subhanahu wata’ala, agar para masyarakat yang hadir diacara haul melihat wajah para ulama’-ulama’ besar karena beliau-beliau sudah pernah memandang wajah para auliya’, beliau para ulama’ besar tidak mengatakan untuk melihat wajah beliau, tapi dengan kehadiran beliau mata kita telah memandang wajah beliau-beliau sehingga ini bisa menjadi perantara karena para ulama’ besar sudah pernah memandang wajah para auliya’, sehingga sungguh beruntung bagi kita yang bisa memandang wajah-wajah beliau.

sebuah cerita nyata dalam kitab Roudoh Royahin, kumpul masyarakat untuk berdo’a karena dalam kondisi kekeringan, tapi do’a mereka tidak kunjung dikabulkan tiba-tiba datang satu orang biasa yang tidak kenal kesholihannya yang tidak dianggap juga oleh masyarakat, tapi kemudian dia berjalan dan berhenti menengadahkan kearah langit dan berkata “dengan berkah cinta-Mu Ya Allah kepadaku maka turunkanlah hujan”, orang yang mendengar do’a tersebut merasa keheranan dengan do’a tersebut tapi selesai do’a itu diucap hujan kemudian turun, maka saat itu orang tersebut ditanya oleh masyarakat kenapa kamu dengan percaya diri mengatakan Allah subhanahu wata’ala mencintaimu, dan dia menjawab bagaimana Allah subhanahu wata’ala tidak mencintaiku jika Allah subhanahu wata’ala sudah mengizinkan mataku memandang Abu Yazid Al-Busthomi. orang zaman dahulu selalu yakin sangat beruntung jika sudah memandang wajah para wali.

Dalam sohih bukhori diceritakan para tabi’in ketika akan perang selalu mencari adakah ditengah-tengah mereka orang yang pernah melihat para sahabat yang pernah melihat wajah Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, jika ada maka para tabi’in yakin bahwa mereka akan memenangkan perang tersebut berkah adanya mata yang pernah memandang wajah Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam.

Mata memiliki rahasia yang sangat besar, rahasianya adalah
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dilihat oleh seseorang secara keseluruhan, dan mata Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melihat Allah subhanahu wata’ala, apa yang sudah dilihat oleh bola mata Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam direkam oleh seluruh tubuh Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan ini adalah rahmat, dan jika ada seseorang yang dengan penuh iman melihat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam maka orang tersebut telah mendapatkan percikan rahasia bagaimana Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam melihat Allah subhanahu wata’ala dan jaminan bagi yang melihat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam adalah syurga, dan jika ada orang yang mengatakan bahwa ada sahabat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang masuk neraka maka orang tersebut adabnya sangat buruk kepada Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam. karena jika ada sahabat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang tidak mendapatkan syafaat Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam bagaimana dengan kita.

Habib Ali Bin Husin Al Athos ketika ziarah ke makam sunan gunung jati bersama para jamaah, saat itu tidak semuanya bisa masuk kedalam makam, tapi kemudian beliau berkata sudah ziarahnya dari sini saja diluar saja dan beliau juga mengatakan “Demi Allah subhanahu wata’ala kalau nanti aku diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk masuk kedalam syurga, maka tidak akan kulangkahkan kakiku masuk dalam syurga sebelum aku cari kalian semua yang ikut bersamaku dan aku ajak masuk kedalam syurga”
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki mengatakan Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam diberi 10 keindahan tapi didunia ini hanya 1 keindahan yang ditampakkan yang 9 akan diperlihatkan nanti diakhirat (9 keindahan di hijab didunia), karena jika yang 9 ini juga dibuka didunia dan manusia bisa melihat ke 10 keindahan yang dimiliki oleh Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam maka jika manusia menyayat wajahnya dengan silet pun tidak akan terasa karena terbius dengan keindahan Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam
.
Wallohu’alam…….Semoga Manfaat barokah

Ijazah dari Habib Novel Alaydrus

Do’a Rasulullah S.A.W untuk menghentikan hujan “Allohumma hawalaina wa la ‘alaina”